FKIP – Bakul HIK Pak Ranto, Yu Ginah pedagang kaki lima, Mas Pras tukang reparasi lampu, Yu Genjik penjaga MCK, Mbak Linda tukang laundry, dan lainnya hanya bisa rasan-rasan soal lingkungan yang mulai berubah semenjak pembangunan hotel di lingkungan mereka.

Berdirinya bangunan itu dituding menghalangi resapan air, membuat air sumur menjadi surut yang berakibat pada sulitnya akses air bagi kaum kecil, ditambah tingginya bangunan hotel menghalangi sinar matahari yang berdampak pada pekerjaan Linda sebagai usaha laundry, juga Yu Genjik yang harus menyalakan lampu MCK di siang hari.

Persoalan lain muncul ketika lingkungan berubah, muncul kejahatan akibat ketimpangan, oleh Rodin, maling kelas teri. Kejahatannya bukan apa-apa dibanding orang-orang besar yang merusak lingkungan di balik berdirinya hotel itu. Adapula adegan bertemunya kembali Pak Ranto dengan anaknya yang sejak kecil dibawa pergi oleh ibunya.

Begitulah cuplikan cerita sandiwara berbahasa Jawa yang dipentaskan oleh Kelompok Peron Surakarta di Gedung F FKIP UNS, pada Rabu-Kamis (30-31/3/2022). Sandiwara berjudul “Ijen” yang disutradarai Ihsan Roh ini berisi kritik sosial, membawa isu pembangunan yang merusak lingkungan, dan kesenjangan yang disimbolkan dengan kehidupan rakyat kecil.

Zevika Dayu Fitriansha selaku pimpinan produksi menuturkan bahwa pada awalnya sandiwara Ijen dipersiapkan untuk pentas produksi Kelompok Peron Surakarta yang diwacanakan pada tahun 2021. Sampai saat itu Kelompok Peron Surakarta belum dapat berposes untuk pentas produksi selama dua tahun. Prosesnya diawali di bulan April 2021.

“Pentas Ijen baru terlaksana pada akhir Maret 2022 setelah mengalami pasang surut yang terjadi selama hampir satu tahun prosesnya. Mulai dari PPKM dan pembatasan-pembatasan lainnya, tumbukan dengan agenda kelompok yang lain, kendala internal dalam proses, pergantian pemain maupun artistik, dan lain-lain. Pentas ini masih diselenggarakan sebagai pentas produksi walaupun sudah berganti kepengurusan, namun ada tujuan lain, yaitu sebagai pentas perayaan HUT ke-35 Kelompok Peron Surakarta,” tuturnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa pentas produksi adalah pentas tahunan yang melibatkan semua anggota, dengan tujuan membawa wacana ke masyarakat. Oleh karena itu, idealnya pentas produksi diselenggarakan di berbagai daerah. Pentas ini juga menjadi lahan belajar bagi anggota yang masih aktif. Sandiwara ditulis dalam bahasa Jawa agar terasa lebih dekat dengan pemain dan juga sebagai sarana belajar bahasa jawa yang kian tergerus oleh zaman. Pementasan naskah realis bertujuan agar cerita yang ditampilkan lebih dapat diterima dan masuk akal oleh penonton karena ceritanya sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari.

Selain itu, ia berharap dengan terlaksananya sandiwara Ijen ini mampu membentuk diri sehingga menjadi inspirasi khususnya bagi anggota Kelompok Peron Surakarta.

“Harapan kami, segala usaha dan tantangan selama pra maupun setelah pementasan diamini sebagai proses yang membentuk diri siapa pun yang mengikuti proses ini. Semoga wacana yang kami sampaikan dapat dipetik oleh setiap penonton. Besar harapan kami apabila pementasan ini menjadi inspirasi khususnya bagi anggota Kelompok Peron Surakarta ke depannya untuk selalu berkarya dan memberi manfaat kepada siapa pun,” ungkap Zevika.

Adapun pemeran dalam sandiwara ini adalah sebagai berikut:

  • Aisya Arroyyani Pratiwi sebagai Ajeng
  • Abram Ega Atmaja sebagai Angger
  • Hibatullah sebagai Lik Panjul
  • Dhimas Rizkhy Pratama sebagai Mas Pras
  • Devina Dewi Irawan sebagai Mbak Linda
  • Muh. Wildan Al Ghifari sebagai Pak Ranto
  • Bagus Harry Nugroho sebagai Rodin
  • Zevika Dayu Fitriansha sebagai Yu Genjik
  • Anis Zahro Dwi Lutfiana sebagai Yu Ginah

HUMAS FKIP

Reporter: Muhammad Muzaqqi
Editor: Aulia Anjani

https://fkip.uns.ac.id/
https://www.instagram.com/fkipuns.official/

#fkipuns
#fkipbagus
#uns
#universitassebelasmaret
#unsbisa