FKIP – Himpunan Mahasiswa Geografi (Himago) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menggelar “Ruang Diskusi Online (Rudison)” pada Sabtu (8/1/2021). Bertemakan “Observing Semeru Eruption and Realizing GIS for Volcanic Disaster Management“, diskusi digelar secara daring melalui aplikasi Zoom Meeting.

Dimoderatori oleh Andian Hidayat selaku Ketua Umum Himago FKIP UNS 2020, diskusi tersebut menghadirkan dua pembicara. Pembicara pertama adalah Mukhlis Mustofa, S.Pd., M.Pd. Ia merupakan dosen Program Studi (Prodi) Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Slamet Riyadi (Unisri). Ia memaparkan materi dengan tajuk yang sama dengan tema diskusi tersebut, yaitu “Observing Semeru Eruption and Realizing GIS for Volcanic Disaster Management“.

Dalam pemaparannya, ia menjelaskan mengenai kerentanan Indonesia terhadap bencana alam, potensi, dan langkah penanggulangan bencana Semeru, serta catatan-catatan penting dalam upaya mitigasi dan adaptasi terhadap bencana vulkanik. Menurutnya, potensi paling berbahaya dari Gunung Semeru adalah awan panas guguran.

“Menurut artikel yang saya baca dari laman berita online Kompas.com, potensi paling bahaya dari Gunung Semeru adalah awan panas guguran. Hal tersebut dikarenakan Gunung Semeru yang sangat aktif ini membentuk kuba lava. Apabila kuba lava ini gugur dengan volume yang sangat besar, maka bisa diikuti dengan awan panas guguran. Ditambah erupsi yang terjadi saat musim hujan ini berpotensi lebih besar membawa awan panas guguran ke sungai yang berhulu di Gunung Semeru,” ungkap Mukhlis.

Mukhlis menambahkan langkah mendesak yang harus dilaksanakan dalam upaya pencegahan dampak erupsi Gunung Semeru adalah mitigasi dan adaptasi. Upaya tersebut memerlukan fungsi masyarakat, utamanya guru geografi.

“Teknologi penting dalam mitigasi dan adaptasi bencana gunung berapi, tapi yang paling penting adalah peran masyarakat. Guru geografi memiliki peran penting dalam hal ini. Ajarkan potensi-potensi yang muncul dan adaptasi apa saja yang perlu diajarkan kepada siswa, misalnya bahaya gempa bumi. Mengajar tidak boleh salah konsep karena siswa akan menerapkan hingga tua,” tambah Mukhlis.

Pembicara kedua adalah Ferrari Pinem, S.Si., M.Sc. Ia merupakan Koordinator Bidang Pemetaan Kebencanaan dan Perubahan Iklim Badan Informasi Geospasial (BIG). Ia memaparkan materi bertajuk “Aplikasi Sistem Informasi Geografi untuk Penguatan Manajemen Penanggulangan Bencana Gunung Api”. Dalam pemaparannya, ia menjelaskan mengenai peta kawasan rawan bencana Gunung Semeru, pembagian kawasan dan sistem penyusunan peta rawan bencana gunung api, hingga tujuan dan sasaran penyusunan peta rawan bencana gunung api.

Ia menjelaskan bahwa penyusunan peta rawan bencana gunung api bertujuan untuk mengetahui dan memahami kondisi sumber daya lahan dan lingkungan kawasan lindung gunung berapi.

“Penyusunan peta rawan bencana gunung api bertujuan untuk mengetahui dan memahami kondisi sumber daya lahan dan lingkungan kawasan lindung gunung berapi melalui pemantauan dan monitoring secara keruangan atau spasial pemanfaatan lahan,” jelas Ferari.

Ferari menambahkan bahwa ada tiga sasaran dalam penyusunan peta rawan bencana gunung api.

“Terdapat tiga sasaran dalam penyusunan peta rawan bencana gunung api. Pertama, tersedianya data geospasial penutup lahan di kawasan kawasan lindung gunung berapi secara multitemporal melalui pemanfaatan data inderaja yang tersedia dan pemotretan drone atau UAV. Kedua, tersedianya informasi geospasial pemantauan atau monitoring pemanfaatan lahan yang terintegrasi pada kawasan lindung gunung berapi. Terakhir adalah penguatan mitigasi kebencanaan pada wilayah rawan bencana gunung berapi,” tambah Ferari.

Diskusi diakhiri dengan sesi tanya jawab yang dipandu oleh moderator dan dokumentasi.

Reporter: Rosantika Utami
Editor: Zalfaa Azalia Pursita

https://fkip.uns.ac.id/
https://www.instagram.com/fkipuns.official/

#fkipuns
#fkipbagus
#uns
#universitassebelasmaret
#unsbisa